Monday, January 20, 2014

C. SEJARAH KEDATANGAN DATUK MUKHTAR DAN ASAL-USUL SYEKH AHMAD BUNDA


A.  SEJARAH KEDATANGAN DATUK MUKHTAR DAN ASAL-USUL SYEKH AHMAD BUNDA

1.   KEDATANGAN DATUK MUKHTAR DAN TERBENTUKNYA KAMPUNG PINANG

Seiring perjalanan waktu, semakin banyak pula orang-orang dari Minangkabau yang datang ke Rantau Singingi. Setelah kedatangan AWALUDIN Datuk Batuah dan rombongannya, disusul oleh adiknya MAHAT Datuk Cilako Meko beserta pengikutnya, maka selanjutnya pada sekitar tahun 1462 M disusul pula oleh rombongan DATUK MUKHTAR dan istrinya SITI BAHERAM yang berasal dari Sumanik Panjang dengan malewati jalur yang dulu dilalui oleh rombongan AWALUDIN Datuk Batuah dan rombongannya MAHAT Datuk Cilako Meko, hingga akhirnya mereka sampai di Koto Tuo dan bertemu dengan AWALUDIN Datuk Batuah  yang lebih dahulu dan telah lama tinggal disitu. Setelah bertemu dengan AWALUDIN Datuk Batuah, akhirnya DATUK MUKHTAR bermohon kepadanya untuk diberi izin bertempat tinggal didaerah ini. Mendengar permohonan tersebut AWALUDIN Datuk Batuah pun mengabulkannya dan memberinya daerah tempat tinggal di seberang Koto Tuo (Seberang Sungai Lembu). Setelah mendapat izin dan daerah tempat untuk ditinggali, akhirnya DATUK MUKHTAR dan rombongannya pun berangkat menuju daerah tersebut dan membuat perkampungan disitu yang kemudian diberi nama “KAMPUNG PINANG”.

2.   SEJARAH SYEKH AHMAD BUNDA

Setelah DATUK MUKHTAR dan istrinya SITI BAHERAM hidup dan tinggal di Kampung Pinang tersebut, dan kemudian sekitar tahun 1465 M mereka dikaruniai seorang anak laki-laki dan diberi nama “AHMAD”.  Seiring pergantian waktu, disaat AHMAD berumur 8 (delapan) bulan, atas rahmat dan izin Allah, AHMAD di “hijrahkanNya” dari Kampung Pinang ke Makkah Al-mukarramah. Peristiwa ini terjadi disaat AHMAD tertidur pulas dalam buaian didalam rumah pangungnya, sementara itu ibunya sedang menumbuk padi dibawah diluar rumahnya, sedangkan sang ayah tengah mencari rotan dihutan. Sepulangnya dari hutan sang ayah langsung naik keatas rumah dan menghampiri buaian anaknya, alangkah terkejutnya beliau karena anak semata wayangnya sudah tidak ada didalam buaian. Mendapatkan kenyataan seperti itu DATUK MUKHTAR pun memanggil istrinya dan menanyakan dimana anaknya berada. Mendengarkan pertanyaan seperti itu dari suaminya, SITI BAHERAM sangat terkejut, karena sedari tadi beliau selalu mengayunkan buai anaknya dari bawah rumah dengam menggunakan tali sambil bekerja menumbuk padi. Menerima kenyataan seperti itu, tentu membuat DATUK MUKHTAR dan SITI BAHERAM sangat bersedih, karena anak semata wayang mereka telah hilang entah kemana.
Dalam pada itu, ternyata AHMAD muda yang sudah berada di tanah suci Makkah Al-mukarramah terus menuntut ilmu Agama Islam dan selalu mempelajari Al-Quran dan Hadits, bahkan beliaupun menulis Al-Quran dengan tulisan tangannya sendiri hingga selesai.
Sekian lama waktu berlalu, AHMAD telah banyak menuntut ilmu agama islam di Makkah Al-mukarramah dan nama beliaupun telah berubah menjadi “SYEKH AHMAD BUNDA”, dan beliau bermaksud untuk segera pulang kembali kekampung halamannya yaitu Kampung Pinang, di Koto Tuo, Singingi yang saat itu Koto Tuo sudah berganti nama dengan “KOTO MUARO SIMPANG” dimana pada saat itu sebagian penduduknya pun sudah mulai mengenali ajaran islam.
Pada sekitar tahun 1515 M SYEKH AHMAD BUNDA pun berangkat dari Makkah Al-mukarramah menuju kampung halamannya dengan menumpang sebuah kapal layar milik seorang Syekh dari Makassar. Melalui jalur laut, dari Makkah Al-mukarramah mereka menuju Malaysia, kemudian selanjutnya menuju muara sungai Kampar, disinilah SYEKH AHMAD BUNDA turun, dan kapal layar tersebut melanjutkan perjalannya menuju Makassar. Dari muara Sungai Kampar SYEKH AHMAD BUNDA terus menelusurinya arah kehulu dan selanjutnya masuk ke sungai Singingi hingga beliau sampai ke Koto Muaro Simpang dan terus ke Kampung Pinang.
Sesampainya dikampung Pinang, atas petunjuk dari Allah SWT beliau langsung menuju kerumah orang tuanya yaitu DATUK MUKHTAR dan SITI BAHERAM. Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya, beliau langsung menceritakan bahwasanya beliau adalah anak mereka yang bernama AHMAD yang dulu hilang dari dalam buaian sewaktu ibunya menumbuk padi dan ayahnya mencari rotan di hutan. Kemudian beliaupun menceritakan bahwa selama sembilan puluh tahun kepergiannya adalah untuk menuntut ilmu dan mempelajari Al-Quran dan Hadits ditanah suci Makkah Al-mukarramah, dan beliaupun memperlihatkan Al-Quran yang berhasil ditulisnya dengan tulisan tangannya sendiri. Mendapatkan kembali anaknya yang telah hilang selama sembilan puluh tahun tentu mebuat DATUK MUKHTAR dan SITI BAHERAM merasa sangat bahagia, dan perihal inipun disampaikan oleh DATUK MUKHTAR kepada AWALUDIN Datuk Batuah dan MHD. ALI Datuk Jalo Sutan.
Setelah mendengarkan semua cerita dan kisah dari SYEKH AHMAD BUNDA, AWALUDIN Datuak Batuah dan MHD. ALI Datuak Jalo Sutan sangat bahagia, karena mereka telah memiliki seseorang yang telah mengetahui dan mendalami agama islam sehingga dapat mengembangkan dan mengajarkan agama islam di Koto Muaro Simpang khususnya dan di Rantau Singingi pada umumnya.

 Makam Syekh Ahmad Bunda, di Kel. Muaralembu - Singingi

No comments:

Post a Comment