Monday, January 20, 2014

D. SEJARAH KEDATANGAN MAS’UD (DATUK BESAR) DAN TERBENTUKNYA KOTO DEGI SERTA ULAYAT SUNGAI SEPUH (SUKU PIABADAR).


D.   SEJARAH KEDATANGAN MAS’UD (DATUK BESAR) DAN TERBENTUKNYA KOTO DEGI   SERTA ULAYAT SUNGAI SEPUH (SUKU PIABADAR).

Berselang beberapa tahun setelah meninggalnya MAKMUM Datuk Simpono Rajo Dipoco, MAS’UD teringat akan daerah yang dulu dilaluinya sewaktu berziarah ke Koto Lowe Intuak dan bermaksud untuk pindah dan bermukim dikawasan tersebut dan mempererat hubungan dengan MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1.  Keinginan ini kemudian disampaikan ke ayahnya MURSID Datuk Simpono Dipoco, yang juga merupakan mamak kanduang (Paman) dari istrinya yang bernama SALAMAH. Mendengarkan apa yang disampaikan MAS’UD itu, ayahnya pun tidak keberatan dan memberikannya izin, kemudian ayahnya pun berpesan kepada MAS’UD untuk menyampaikan salamnya kepada MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1 dan juga agar “menyerahkan” istrinya SALAMAH kepada SAID Datuk Majo ke – 1 karena SALAMAH itu adalah adik kandungya supaya dijaga baik-baik.
Setelah mendapat izin dari ayahnya, pada tdahun 1488 M MAS’UD dan istrinya SALAMAH beserta rombongannya pun berangkat menuju Singingi dengan terlebih dahulu mendaki ke Bukit Buluh Rampai dan kemudian turun ke Singingi tepat di hulu Sungai Tapi, Selanjutnya dari hulu sungai Tapi mereka bergerak menuju kehilir hingga sampailah pada suatu daerah yang dulu pernah diniatkan oleh MAS’UD untuk tinggal distu, dan kemudian mereka singgah disitu dan akhirnya mereka membuat permukiman disitu, daerah ini kemudian dinamakan dengan “KOTO DEGI”.
Karena tujuannya belum tercapai, maka MAS’UD dan istrinya beserta bebarapa orang rombongannya berangkat menuju Koto Lowe Intuak dengan menempuh jalur yang dulu pernah dilaluinya sewaktu menziarahi makam  MAKMUM Datuk Simpono Rajo Dipoco. Sesampainya di Koto Lowe Intuak MAS’UD dan rombongannya langsung menemui MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1, setelah bertemu MAS’UD langsung menyampaikan salam dari ayahnya MURSID Datuk Simpono Dipoco yang berada di Subayang kepada mereka berdua, kemudian MAS’UD juga menyampaikan bahwa istrinya SALAMAH adalah kemenakan dari ayahnya sendiri MURSID Datuk Simpono Dipoco yang juga berarti merupakan Adik dari MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1.
Mendengar maksud dan penjelasan dari MAS’UD ini, maka MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1 menerima mereka dengan penuh rasa cinta dan kasih, karena MAS’UD itu berarti juga merupakan orang Simondo oleh MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1.
Setelah berbincang panjang lebar, selanjutnya MAS’UD menyampaikan satu lagi keinginannya yaitu mohon izin kepada MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1 untuk menetap di Singingi tepatnya didaerah Sungai Tapi. Selain karena masih ada hubungan keluarga, tapi juga karena MAS’UD ini adalah orang yang telah berjasa dan turut serta dalam pelaksanaan menambak kuburan MAKMUM Datuk Simpono Rajo Dipoco, maka dengan demikian MAS’UD ini adalah orang yang telah turut serta dalam membesarkan nama MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1, oleh karena itu untuk memenuhi permintaan dari MAS’UD ini MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1 memberikan wilayah Sungai Sepuh kepadanya (daerah inilah yang sekarang menjadi tanah ulayat suku Piabadar – Datuk Besar)
Selanjutnya MURAT Datuk Bandaro ke – 1 dan SAID Datuk Majo ke – 1 mengajak MAS’UD untuk meninjau dan melihat langsung sekeliling kawasan Sungai Sepuh itu, dan kemudian MURAT Datuk Bandaro ke – 1 pun menyampaikan batas-batas wilayah yang diberikannya itu, yaitu, Tanah yang berketelengan dan Air yang berkecucuran ke sungai Sepuh adalah daerah kekuasaan MAS’UD dan dalam Kandungan dan Pimpinan MURAT Datuk Bandaro ke – 1. Dengan demikian tercapailah apa yang dikehendaki oleh MAS’UD, dan selanjutnya beliau dan istrinya serta rombongannya pun kembali ke Koto Degi di sungai Tapi.

No comments:

Post a Comment