Monday, January 20, 2014

SEJARAH PENYUSUNAN ADAT YANG BERSANDIKAN SYARAK, DAN SYARAK BERSANDIKAN KITABULLAH, PENYUSUNAN KOTO-KOTO DAN PENYUSUNAN PEMERINTAHAN DI RANTAU SINGINGI

BAB IV
SEJARAH PENYUSUNAN ADAT YANG BERSANDIKAN SYARAK, DAN SYARAK BERSANDIKAN KITABULLAH, PENYUSUNAN KOTO-KOTO DAN PENYUSUNAN PEMERINTAHAN DI RANTAU SINGINGI

A.   LAHIRNYA SEBUTAN SUKU PILIANG NAN LIMO DAN SUKU MELAYU NAN OMPEK

Setelah seluruh masyarakat disetiap Koto di Rantau Singingi ini memeluk agama Islam, sekitar tahun 1520 M datanglah amanah dari Raja Pagaruyung kepada SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3,  dan MHD. ALI Datuk Jalo Suto untuk segera menyusun adat yang bersandikan syarak, dan syarak bersandikan kitabullah. Kemudian mereka berdua sepakat untuk memanggil dan mengumpulkan para pemimpin koto yang ada di Rantau Singingi yang pada dasarnya berasal dari dua suku induk yaitu PILIANG dan MELAYU, dan melaksanakan musyawarah di Koto Muaro Simpang. Mereke-mereka yang diundang itu adalah :
1.     Dari Suku Piliang :
b.    SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 dan Datuk Majo dari Koto Lowe Intuak.
c.     DARMAN DOMO dari Koto Tinggi Tasam
d.    MAS’UD dari Koto Degi
e.    MUZAKIR dari Koto Sinabuah
f.      AHADRI DATUAK SATI dari Koto Cinatin
Inilah kemudian yang disebut dengan “PILIANG NAN LIMO”
2Dari Suku Melayu :
1.    MHD. ALI Datuk Jalo Suto dari koto Muaro Simpang
2.    ABDUL LATIF dari Koto Muaro Simpang
3.    AWALUDIN Datuk Batuah dari Koto Tuo
4.    ZAMRIL dari Koto Pingai.
Dan ini pula kemudian yang disebut dengan “MELAYU NAN OMPEK”

B.   PENGANGKATAN DAN PEMBERIAN GELAR DATUK NAN SAMBILAN

Setelah semua pimpinan koto berkumpul di Koto Muaro Simpang, mulailah mereka menyusun Adat Rantau Singingi ini. Pertama sekali yang mereka bahas adalah tentang pemerintahan dan kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan untuk wilayah Rantau Singingi, kepemimpinan untuk di Koto, hingga kepemimpinan untuk di setiap Suku (karena didalam sebuah Koto tersebut terdapat beberapa macam suku).
Untuk wilayah Rantau Singingi dipimpin oleh dua “ORANG GODANG” yaitu satu orang dari PILIANG NAN LIMO yang dipimpin oleh DATUK BANDARO dan satu orang dari MELAYU NAN OMPEK yang dipimpin oleh DATUK JALO SUTO”.
Sedangkan untuk wilayah masing-masing koto yang ada dalam wilayah Rantau Singingi dipimpin oleh seorang “PENGHULU”, dan untuk setiap suku dipimpin oleh Mamak Suku yang disebut “MONTI”.
Pemerintahan dan kepemimpinan ini kemudian disebut “PEMERINTAHAN DATUK NAN SEMBILAN” (Lima dari Piliang ditambah Empat dari Melayu) dibawah payung panji Raja Gunung Sahilan yang pada waktu itu memimpin daerah Kampar Kiri, Subayang dan Singingi dalam daerah Alam Paco dibawah kekuasaan Raja Pagaruyung.
Setelah terbentuknya Pemerintahan Datuak Nan Sembilan ini kemudian mereka melanjutkan permusyawarahan atau perundingan yang dipimpin oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Dan Disinilah untuk pertama kalinya SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 dan MHD. ALI Datuk Jalo Suto memberikan gelar kepada Penghulu dan Monti serta mengangkatnya sebagai pemegang pusaka adat yang ada di Rantau Singingi. Mereka-mereka yang diangkat dan diberi gelar tersebut adalah :
·      Dari Suku Piliang Nan Limo :
1.      SYAFI’I 
Gelar Datuk Bandaro ke – 3, dari suku Piliang Bawah, yang telah diberi gelar dan diangkat oleh Datuak Bandaro Sungai Tarap – Pagaruyung sebagai pimpinan suku PILIANG NAN LIMO” di Rantau Singingi.
2.      DARMAN DOMO
Dari suku Bendang, diangkat dan diberi gelar Datuk Bandaro Kali oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Ditugaskan untuk “MENGGALI” adat istiadat yang akan dipakai di Rantau Singingi.
3.      MAS’UD
Dari suku Piabadar, diangkat dan diberi gelar Datuk Besar oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Diberi gelar Datuk Besar ini karena beliau telah berjasa “MEMBESARKAN” nama MAKMUM Datuak Simpono Rajo Dipoco orang yang pertama sekali menguasai wilayah Rantau Singingi, dan beliaupun bersama ayahnya MURSID Datuak Simpono Dipoco dari Subayang ikut serta dalam acara menambak makam  MAKMUM Datuak Simpono Rajo Dipoco yaitu Makam Tigo Jurai di Koto Lowe Intuak.
4.      MUZAKIR
Dari suku Piabadar, diangkat dan diberi gelar Datuk Maha Rajo Garang oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Beliau ini dikenal sebagai orang yang sangat tegas. Dan karena ketegasannya inilah beliau tidak memiliki MONTI atau DUBALANG (Hulubalang).
5.      AHADRI
Dari suku Piliang Atas, Semula bergelar Datuk Sati yang dibawanya dari Minangkabau, kemudain diangkat dan diberi gelar Datuk Sinaro Nan Putih oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Gelar ini diberikan karena beliau adalah orang pertama yang mengembangkan dan mengajarkan islam di Rantau Singingi, oleh karena itu juga, beliau ini disebut sebagai PAYUNG PANJI SUKU PILIANG.
·      Dari Suku Melayu Nan Ompek :
1.   MHD. ALI
Dari suku Melayu, Semula bergelar Datuk Jalo Suto yang diberi oleh Datuk Besar Gunung Sahilan kemudain diangkat dan diberi gelar Datuk Jalo Sutan oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 sebagai pimpinan “MELAYU NAN OMPEK”
2.   AWALUDIN Datuk Batuah
Dari suku Melayu, Semula bergelar Datuk Batuah yang dibawanya dari Pagaruyung, kemudain diangkat dan diberi gelar Datuk Mangkuto Sinaro oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 dan MHD. ALI Datuk Jalo Sutan. Gelar ini diberikan karena beliau adalah PEMIMPIN (MANGKUTO) pertama yang datang ke daerah Koto Tuo dan Koto Muaro Simpang.
3.   ABDUL LATIF
Dari suku Melayu, Diangkat dan diberi gelar Datuk Nyato oleh MHD. ALI Datuk Jalo Sutan. Gelar ini diberikan karena beliau adalah orang yang selalu mendampingi MHD. ALI Datuk Jalo Sutan dalam menjelajahi daerah yang akan dikuasainya. Dan beliau inilah yang selalu MENYATAKAN daerah kekuasaan MHD. ALI Datuk Jalo Sutan tersebut.
4.   ZAMRIL
Dari suku Melayu, Diangkat dan diberi gelar Datuk Majo Lelo oleh MHD. ALI Datuk Jalo Sutan.  Datuk Majo Lelo berarti Datuk Dirumah Rajo Datuk Jalo Sutan. Gelar ini diberikan atas pengabdian beliau yang selalu mengemban tugas yang diberikan oleh MHD. ALI Datuk Jalo Sutan untuk menjaga Koto Pingai ketika MHD. ALI Datuk Jalo Sutan dan ABDUL LATIF Datuk Nyato menjelajahi daerah yang akan dikuasainya.
Setelah PEMERINTAHAN DATUAK NAN SEMBILAN ini terbentuk dan, kemudian mereka sepakat untuk segera memisahkan diri secara teritorial dan pemerintahan dari kekuasaan Raja Gunung Sahilan, karena Raja Gunung Sahilan sudah tidak berlaku adil lagi terhadap masyarakat Rantau Singingi. Kesepakatan ini selanjutnya mereka sampaikan kepada Raja Pagaruyung dan Raja Pagaruyung pun merestui dan mengizinkannya.
Setelah tersusun dan tertatanya kepemimpinan di Rantau Singingi, semakin banyak pula rombongan-rombongan yang bermigrasi ke Rantau Singingi ini, seperti halnya rombongan dari Johor - Malaysia yang merupakan cucu kemenakan dari MHD. ALI Datuk Jalo Sutan, merekapun bermigrasi ke Rantau Singingi mengikuti jalur yang telah ditempuh oleh pendahulunya dan mereka sebagian singgah disungai Nopan dan sebagian lagi terus hingga ke koto Pingai seperti rombongan Datuak Celako Meko dan kemudian disusul pula oleh rombongan Datuak Sati dan mereka menetap disitu. Selain itu ada juga rombongan yang datang dari Subayang dan Gunung Sahilan, merekapun mengikuti jalur yang telah ditempuh oleh pendahulunya. Kemudian ada juga rombongan yang datang dari Minangkabau, dan rombongan ini banyak yang telah sampai dihulu sungai Singingi (Pucuak Rantau) dan singgah di Pulau Potai kemudian merekapun membuat koto disitu.
 
C.   TERBENTUKNYA KOTO RONAH TANJUNG BUNGO SERTA PENYUSUNAN KOTO-KOTO       DAN PEMERINTAHAN DI RANTAU SINGINGI

Setelah mendapat restu dan izin dari Raja Pagaruyung untuk memisahkan diri secara teritorial dan pemerintahan dari kekuasaan Raja Gunung Sahilan, Sekitar tahun 1522 M kemudian sealanjutnya Datuak Nan Sembilan kembali mengadakan pertemuan dan perundingan untuk segera membentuk Pemerintahan Adat di Rantau Singingi. Dan untuk memudahkan kedepannya melakukan perundingan-perundingan serta diperlukannya ibukota pemerintahan adat, maka sangat diperlukan suatu lokasi atau tempat yang mudah dijangkau, akhirnya SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 dan MHD. ALI Datuk Jalo Sutan pun mencari yang tepat untuk maksud tersebut diatas. Dan demi keadilan akhirnya mereka sepakat  lokasi atau tempat tersebut diseberang Koto Muaro Simpang didalam wilayah Datuk Bandaro yang diberi nama “KOTO RONAH TANJUNG BUNGO”.
Bermula di  “KOTO RONAH TANJUNG BUNGO”  inilah Datuk Nan Sembilan mulai menyusun Pemerintahan Adat Rantau Singingi.  Setelah terbentuknya Koto Ronah Tanjung Bungo yang dijadikan pusat pemerintahan, selanjutnya mereka menyusun koto-koto dari muara sampai ke hulu sungai Singingi, baik yang sudah ditempati maupun yang akan ditempati. Dan koto-koto itu adalah :
1. Koto Ronah Tanjung Bungo (Sebagai Ibu kota / Tanah Kojan / Tanah Kerajaan). (sekarang Kelurahan Muaralembu).
2.    Kepalo Koto (sekarang desa Pulau Padang).
3.    Iku Koto (Ekor Koto) (sekarang desa Kebun Lado).
4.    Kunci Loyang Pasak Malintang (sekarang desa Petai).
5.    Balai Paranginan (sekarang desa Koto Baru).
6.    Pinggan Ome (sekarang desa Sungai Paku).
7.   Lantak Tunggal Bomban Bosi (Koto Sungai Nopan) (sekarang desa Tanjung Pauh).
8.    Pucuk Rantau ( Pulau Potai) ((sekarang desa Pangkalan Indarung).
Setelah tersusunnya koto-koto di Rantau Singingi ini dan berpisahnya teritorial dan pemerintahan Rantau Singingi dari Kerajaan Gunung Sahilan, disaat itulah kemudian lahir istilah “SUBAYANG BAGULUNG HILIR BARAJO KA GUNUNG SAHILAN, SINGINGI BAGULUNG MUDIAK BAMAMAK KATANAH KOJAN (TANAH KERAJAAN), BERAJA KE PAGARUYUNG”. Dan kemudian mulailah sebagian masyarakat yang tinggal dikoto-koto lama yang sudah ada pindah dan tinggal menetap dikoto-koto yang baru terbentuk tersebut.
Kemudian selanjutnya mereka menyusun pimpinan pemerintahan serta merumuskan tugas dan fungsinya masing-masing. Karena di Rantau Singingi ini  ada dua suku utama yaitu PILIANG NAN LIMO dan MELAYU NAN OMPEK, maka ditunjuklah masing-masing satu orang sebagai PUCUK PIMPINAN dari kedua suku tersebut, yaitu :
1.   Dari PILIANG NAN LIMO adalah Datuk Bandaro.
Beliau adalah sebagai “RAJA ADAT DAN RAJA DIDARAT”. Memimpin dibidang Adat dan Pemerintahan serta memimpin dan menguasai semua yang ada didarat. Disamping itu beliau adalah Koordinator dibidang Pemerintahan, bidang Penerangan, bidang Pendidikan dan Pertahanan / Keamanan.
2.   Dari MELAYU NAN OMPEK adalah Datuk Jalo Sutan.
Beliau adalah sebagai “RAJA IBADAT DAN RAJA DIRANTAU”. Memimpin dibidang Ibadat dan memimpin dan menguasai semua yang ada disungai dan dirantau. Disamping itu beliau adalah Koordinator dibidang Agama, bidang Pengadilan / Kehakiman dan bidang Ekonomi / Kemasyarakatan.
Dua Pucuk Pimpinan inilah kemudian disebut dengan urang godang Rantau Singingi “DATUAK NAN BADUO”. Setelah itu merekapun menunjuk dan mengangkat datuak-datuak yang lain sebagai pembantu Datuak Nan Baduo didalam menjalankan roda pemerintahan. Dan datuak-datuak yang dimaksud tersebut adalah :
1.   Datuk Mangkuto Sinaro.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PEMERINTAHAN dan SEKRETARIS KERAJAAN karena beliau memang telah memahami dan mengetahui lebih banyak tentang Koto Ronah Tanjung Bungo atau Tanah Kerajaan.
2.   Datuk Bandaro Kali.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PENERANGAN yang akan menggali adat istiadat Rantau Singingi dan sebagai juru bicara kerajaan yang akan menyampaikan dan menerangkan segala sesuatunya kepada anak, cucu dan kemenakan atau masyarakat. Beliau ini kemudian disebut sebagai “SULUH BENDANG DALAM NAGORI”.
3.   Datuk Besar.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PENDIDIKAN. Atas jasa dan loyalitasnya yang telah membesarkan nama MAKMUM Datuak Simpono Rajo Dipoco (Orang pertama yang tinggal di Rantau Singingi) dan ikut serta dalam acara menambak Makam Tigo Jurai serta sebagai orang yang menyaksikan langsung pengangkatan DATUAK BANDARO ke – 1 Rantau Singingi yang diangkat oleh Datuak Bandaro dari Sungai Tarap – Pagaruyung, maka kemudian beliau ini disebut sebagai “PASAK KUNGKUNG DALAM NAGORI”, yaitu “Memasak Undang Supayo Jangan Sampai Takiki (Terkikis), Mangungkung Adat Supayo Jangan Sampai Hilang”.
4.   Datuk Maha Rajo Garang (Datuk Jogang).
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN. Beliau ini adalah merupakan pemimpin dari semua Dubalang (Hulubalang) yang ada di Rantau Singingi.
5.   Datuk Sinaro Nan Putih.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG AGAMA. Beliau ini adalah orang pertama menyebarkan agama islam dan berdakwah dari koto ke koto di Rantau Singingi. kemudian beliau ini disebut sebagai “PAYUNG PANJI DALAM NAGORI”.
6.   Datuk Nyato.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PENGADILAN / KEHAKIMAN. Beliau adalah orang yang berwenang menyatakan batas-batas wilayah Rantau Singingi, Pendapat dan pandangan beliau sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan ataupun penyelesaian suatu permasalahan, dan beliau juga sebagai orang menyatakan sah atau tidaknya suatu keputusan musyawarah. Oleh karena itu beliau juga disebut sebagai “Comin Towi Dalam Nogori”.
7.   Datuk Majo Lelo.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT karena beliau ini sangat paham dibidang ekonomi dan hubungan kemasyarakatan.
Ketujuh orang pembantu Datuak Nan Baduo inilah kemudian disebut sebagai “DATUAK NAN BATUJUH”.
Setelah terbentuknya Pucuk Pimpinan (Datuak Nan Baduo) dan dipilih serta diangkat pejabat-pejabat pembantunya (Datuak Nan Batujuh) di Tanah Kojan (Tanah Kerajaan), Kemudian selanjutnya mereka  membentuk dan menyusun PEMANGKU ADAT yang akan menjabat dan memimpin disetiap koto. Dan setelah melakukan musyawarah panjang akhirnya mereka sefakat untuk mengangkat beberapa orang “PENGHULU” untuk koto-koto yang lama dan mengangkat dua “ORANG GODANG”  yang dipilih masing-masing satu orang dari SUKU PILIANG NAN LIMO dan satu orang dari suku MELAYU NAN OMPEK untuk koto-koto yang baru, serta mengangkat “DUBALANG KERAJAAN”, “MONTI” (Pimpinan dalam suku), “DUBALANG SUKU” dan “MALIN SUKU". Dan berikut susunan jabatan yang dimaksud :
A.    Koto Tanah Kojan / Tanah Kerajaan (Muaralembu)
Terdiri dari :
a.    Dua orang “ORANG GODANG RANTAU SINGINGI” (Datuk Nan Baduo), yaitu :
1.    Datuk Bandaro, dari Piliang Nan Limo, Suku Piliang Bawah.
2.    Datuk Jalo Sutan, dari Melayu Nan Ompek. Suku Melayu
b.   Lima orang “PENGHULU” (Empat orang dari Datuak Nan Batujuh), yaitu :
1.    Datuk Mangkuto Sinaro (Datuak Nan Batujuh), dari Melayu Nan Ompek. Suku Melayu
2.    Datuk Besar (Datuak Nan Batujuh), dari Piliang Nan Limo. Suku Piabadar.
3.    Datuk Maha Rajo Garang (Datuak Nan Batujuh), dari Piliang Nan Limo, Suku Piabadar.
4.    Datuk Sinaro Nan Putih (Datuak Nan Batujuh), dari Piliang Nan Limo, Suku Piliang
 Atas.
5.    Datuk Tan Majo Lelo, dari Piliang Nan Limo, Suku Bendang.
c.    Tiga Orang “DUBALANG” (Hulubalang) KERAJAAN, yaitu :
1.    Sutan Larangan dari suku Piliang Bawah.
2.    Tan Kojan (Sutan Kerajaan) dari suku Bendang.
3.    Jan Putih (Kerajaan Putih) dari suku Piliang Atas.
d.   Ditambah DUBALANG dan ORANG MALIN tiap suku.
B.   Kapalo Koto (Pulau Padang)
Terdiri dari :
a.    Satu orang “PENGHULU” (dari Datuak Nan Batujuh), yaitu :
1.      Datuk Bandaro Kali, dari Piliang Nan Limo, dari suku Bendang.
b.    Ditambah MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
C.    Iku Koto (Kebun Lado)
Terdiri dari :
a.       Dua orang “PENGHULU” (dari Datuak Nan Batujuh), yaitu :
1.    Datuk Nyato, dari suku Melayu Nyato.
2.    Datuk Majo Lelo, dari suku Melayu Majo Lelo.
b.    Satu orang “MONTI”, yaitu :
1.    Datuk Rajo Bandiang dari suku Melayu Nyato.
c.     Ditambah DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
D.   Koto Kunci Loyang Pasak Malintang (Petai)
Terdiri dari :
a.    Dua “ORANG GODANG”, yaitu :
1.    Datuk Sati.
2.    Datuk Temenggung.
b.    Ditambah Dua Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
E.    Koto Balai Paranginan (Koto Baru)
Terdiri dari :
a.    Dua “ORANG GODANG”, yaitu :
1.    Datuk Bandaro Hitam.
2.    Datuk Temenggung.
b.   Ditambah Tiga Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
F.    Koto Pinggan Ome (Sungai Paku)
Terdiri dari :
a.    Dua “ORANG GODANG”, yaitu :
1.    Datuk Payung Putih.
2.    Datuk Mughun (Murun).
b.   Ditambah Dua Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
G.    Koto Pucuak Rantau (Pulau Potai / Pangkalan Indarung)
Terdiri dari :
a.    Dua “ORANG GODANG”, yaitu :
1.    Datuk Bandaro.
2.    Datuk Rajo Penghulu.
b.    Ditambah Tiga Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
H.   Koto Lantak Tunggal Bomban Bosi ( Sungai Nopan /Tanjung Pauh).
Terdiri dari :
a.    Dua “ORANG GODANG”, yaitu :
1.    Datuk Jelo Sutan.
2.    Datuk Temenggung.
b.    Ditambah Tiga Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.

Setelah terbentuk dan tersusunnya PEMANGKU ADAT di Rantau Singingi dan masing-masing telah mengetahui posisi dan jabatannya, selanjutnya Datuk Bandaro dan Datuk Jalo Sutan (Datuak Nan Baduo) memberikan AMANAH kepada ORANG GODANG disetiap koto supaya menjaga TANAH ULAYAT yang telah diberikan kepadanya dan supaya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan anak, cucu dan kemenakan (masyarakat) dan bertanggung jawab kepada Datuak Nan Baduo Rantau Singingi. Demikian juga halnya dengan Datuak Nan Batujuh sebagai pembantu Datuak Nan Baduo dibidangnya masing-masing juga menyampaikan saran dan pesan kepada Penghulu disetiap koto tentang tugas-tugas apa saja yang akan dikerjakan untuk keselamatan dan kemakmuran anak, cucu dan kemenakan (masyarakat).






No comments:

Post a Comment