BAB IV
SEJARAH PENYUSUNAN ADAT YANG BERSANDIKAN SYARAK, DAN
SYARAK BERSANDIKAN KITABULLAH, PENYUSUNAN KOTO-KOTO DAN PENYUSUNAN PEMERINTAHAN
DI RANTAU SINGINGI
A.
LAHIRNYA
SEBUTAN SUKU PILIANG NAN LIMO DAN SUKU MELAYU NAN OMPEK
Setelah seluruh masyarakat disetiap Koto di Rantau Singingi ini memeluk
agama Islam, sekitar tahun 1520
M datanglah amanah dari Raja Pagaruyung kepada SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3, dan MHD. ALI Datuk Jalo Suto untuk segera menyusun adat yang bersandikan syarak, dan
syarak bersandikan kitabullah. Kemudian mereka berdua sepakat untuk memanggil dan
mengumpulkan para pemimpin koto yang ada di Rantau Singingi yang pada dasarnya
berasal dari dua suku induk yaitu PILIANG dan MELAYU, dan melaksanakan
musyawarah di Koto Muaro Simpang. Mereke-mereka yang diundang itu adalah :
1.
Dari Suku
Piliang :
b. SYAFI’I
Datuk Bandaro ke – 3 dan Datuk Majo dari Koto Lowe Intuak.
c. DARMAN DOMO
dari Koto Tinggi Tasam
d. MAS’UD dari
Koto Degi
e. MUZAKIR dari
Koto Sinabuah
f. AHADRI
DATUAK SATI dari Koto Cinatin
Inilah kemudian yang disebut dengan “PILIANG
NAN LIMO”
2. Dari Suku Melayu :
1. MHD. ALI Datuk
Jalo Suto dari koto Muaro Simpang
2. ABDUL LATIF
dari Koto Muaro Simpang
3. AWALUDIN Datuk
Batuah dari Koto Tuo
4. ZAMRIL dari
Koto Pingai.
Dan ini pula kemudian yang disebut dengan “MELAYU NAN OMPEK”
B.
PENGANGKATAN
DAN PEMBERIAN GELAR DATUK NAN SAMBILAN
Setelah semua pimpinan koto berkumpul di Koto Muaro Simpang, mulailah
mereka menyusun Adat Rantau Singingi ini. Pertama sekali yang mereka bahas
adalah tentang pemerintahan dan kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan untuk
wilayah Rantau Singingi, kepemimpinan untuk di Koto, hingga kepemimpinan untuk
di setiap Suku (karena didalam sebuah Koto tersebut terdapat beberapa macam
suku).
Untuk wilayah Rantau Singingi dipimpin oleh dua “ORANG GODANG” yaitu satu orang dari PILIANG NAN LIMO yang
dipimpin oleh DATUK
BANDARO dan satu orang dari MELAYU
NAN OMPEK yang dipimpin oleh “DATUK JALO SUTO”.
Sedangkan untuk wilayah masing-masing koto yang ada dalam wilayah Rantau
Singingi dipimpin oleh seorang “PENGHULU”,
dan untuk setiap suku dipimpin oleh Mamak Suku yang disebut “MONTI”.
Pemerintahan dan kepemimpinan ini kemudian disebut “PEMERINTAHAN DATUK NAN SEMBILAN” (Lima dari Piliang ditambah Empat
dari Melayu) dibawah payung panji Raja Gunung Sahilan yang pada waktu itu memimpin
daerah Kampar Kiri, Subayang dan Singingi dalam daerah Alam Paco dibawah
kekuasaan Raja Pagaruyung.
Setelah terbentuknya Pemerintahan Datuak Nan Sembilan ini kemudian mereka
melanjutkan permusyawarahan atau perundingan yang dipimpin oleh SYAFI’I Datuk
Bandaro ke – 3. Dan Disinilah untuk pertama kalinya SYAFI’I Datuk Bandaro ke –
3 dan MHD. ALI Datuk Jalo Suto memberikan gelar kepada Penghulu dan Monti serta
mengangkatnya sebagai pemegang pusaka adat yang ada di Rantau Singingi.
Mereka-mereka yang diangkat dan diberi gelar tersebut adalah :
· Dari Suku Piliang Nan Limo :
1. SYAFI’I
Gelar Datuk Bandaro ke – 3, dari suku Piliang
Bawah, yang telah diberi gelar dan diangkat oleh Datuak Bandaro
Sungai Tarap – Pagaruyung sebagai pimpinan suku “PILIANG
NAN LIMO” di Rantau Singingi.
2. DARMAN DOMO
Dari suku Bendang, diangkat dan diberi
gelar Datuk Bandaro Kali oleh SYAFI’I
Datuk Bandaro ke – 3. Ditugaskan untuk “MENGGALI” adat istiadat yang akan
dipakai di Rantau Singingi.
3. MAS’UD
Dari suku Piabadar, diangkat dan diberi
gelar Datuk Besar oleh SYAFI’I Datuk
Bandaro ke – 3. Diberi gelar Datuk Besar
ini karena beliau telah berjasa “MEMBESARKAN” nama MAKMUM Datuak Simpono
Rajo Dipoco orang yang pertama sekali menguasai wilayah Rantau Singingi, dan
beliaupun bersama ayahnya MURSID Datuak Simpono Dipoco dari Subayang ikut serta
dalam acara menambak makam MAKMUM Datuak
Simpono Rajo Dipoco yaitu Makam Tigo Jurai di Koto Lowe Intuak.
4. MUZAKIR
Dari suku Piabadar, diangkat dan diberi
gelar Datuk Maha Rajo Garang oleh
SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Beliau ini dikenal sebagai orang yang sangat
tegas. Dan karena ketegasannya inilah beliau tidak memiliki MONTI atau DUBALANG
(Hulubalang).
5. AHADRI
Dari suku Piliang Atas, Semula bergelar Datuk Sati yang dibawanya dari Minangkabau,
kemudain diangkat dan diberi gelar Datuk
Sinaro Nan Putih oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3. Gelar ini diberikan karena beliau adalah orang
pertama yang mengembangkan dan mengajarkan islam di Rantau Singingi, oleh
karena itu juga, beliau ini disebut sebagai PAYUNG
PANJI SUKU PILIANG.
· Dari Suku Melayu Nan Ompek :
1. MHD. ALI
Dari suku Melayu, Semula bergelar Datuk Jalo Suto yang diberi oleh Datuk
Besar Gunung Sahilan kemudain diangkat dan diberi gelar Datuk Jalo Sutan oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 sebagai pimpinan
“MELAYU NAN OMPEK”
2. AWALUDIN Datuk
Batuah
Dari suku Melayu, Semula bergelar Datuk Batuah yang dibawanya dari
Pagaruyung, kemudain diangkat dan diberi gelar Datuk Mangkuto Sinaro oleh SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 dan MHD. ALI
Datuk Jalo Sutan. Gelar ini diberikan karena beliau adalah PEMIMPIN
(MANGKUTO) pertama yang datang ke
daerah Koto Tuo dan Koto Muaro Simpang.
3. ABDUL LATIF
Dari suku Melayu, Diangkat dan diberi
gelar Datuk Nyato oleh MHD. ALI
Datuk Jalo Sutan. Gelar ini diberikan karena beliau adalah orang
yang selalu mendampingi MHD. ALI Datuk Jalo Sutan dalam menjelajahi daerah yang
akan dikuasainya. Dan beliau inilah yang selalu MENYATAKAN daerah kekuasaan MHD.
ALI Datuk Jalo Sutan tersebut.
4. ZAMRIL
Dari suku Melayu, Diangkat dan diberi
gelar Datuk Majo Lelo oleh MHD. ALI
Datuk Jalo Sutan. Datuk Majo Lelo berarti Datuk Dirumah Rajo Datuk Jalo Sutan. Gelar
ini diberikan atas pengabdian beliau
yang selalu mengemban tugas yang diberikan oleh MHD. ALI Datuk Jalo Sutan untuk
menjaga Koto Pingai ketika MHD. ALI Datuk Jalo Sutan dan ABDUL LATIF Datuk
Nyato menjelajahi daerah yang akan
dikuasainya.
Setelah PEMERINTAHAN DATUAK NAN
SEMBILAN ini terbentuk dan, kemudian mereka sepakat untuk segera memisahkan
diri secara teritorial dan pemerintahan dari kekuasaan Raja Gunung Sahilan,
karena Raja Gunung Sahilan sudah tidak berlaku adil lagi terhadap masyarakat
Rantau Singingi. Kesepakatan ini selanjutnya mereka sampaikan kepada Raja
Pagaruyung dan Raja Pagaruyung pun merestui dan mengizinkannya.
Setelah tersusun dan tertatanya kepemimpinan di Rantau Singingi, semakin
banyak pula rombongan-rombongan yang bermigrasi ke Rantau Singingi ini, seperti
halnya rombongan dari Johor - Malaysia yang merupakan cucu kemenakan dari MHD. ALI
Datuk Jalo Sutan, merekapun bermigrasi ke Rantau Singingi mengikuti jalur yang
telah ditempuh oleh pendahulunya dan mereka sebagian singgah disungai Nopan dan sebagian lagi terus hingga ke koto Pingai seperti
rombongan Datuak Celako Meko dan kemudian disusul pula oleh rombongan Datuak
Sati dan mereka menetap disitu. Selain itu ada juga rombongan yang datang dari Subayang
dan Gunung Sahilan, merekapun mengikuti jalur yang telah ditempuh oleh
pendahulunya. Kemudian ada juga rombongan yang datang dari Minangkabau, dan rombongan
ini banyak yang telah sampai dihulu sungai Singingi (Pucuak Rantau) dan singgah
di Pulau Potai kemudian merekapun membuat koto disitu.
C.
TERBENTUKNYA
KOTO RONAH TANJUNG BUNGO SERTA PENYUSUNAN KOTO-KOTO DAN PEMERINTAHAN DI RANTAU
SINGINGI
Setelah mendapat restu dan izin dari Raja Pagaruyung untuk memisahkan diri
secara teritorial dan pemerintahan dari kekuasaan Raja Gunung Sahilan, Sekitar tahun 1522 M kemudian
sealanjutnya Datuak Nan Sembilan kembali mengadakan pertemuan dan perundingan
untuk segera membentuk Pemerintahan Adat di Rantau Singingi. Dan untuk memudahkan
kedepannya melakukan perundingan-perundingan serta diperlukannya ibukota
pemerintahan adat, maka sangat diperlukan suatu lokasi atau tempat yang mudah
dijangkau, akhirnya SYAFI’I Datuk Bandaro ke – 3 dan MHD. ALI Datuk Jalo Sutan
pun mencari yang tepat untuk maksud tersebut diatas. Dan demi keadilan akhirnya
mereka sepakat lokasi atau tempat
tersebut diseberang Koto Muaro Simpang didalam wilayah Datuk Bandaro yang diberi nama “KOTO RONAH TANJUNG BUNGO”.
Bermula di “KOTO RONAH TANJUNG BUNGO” inilah Datuk Nan Sembilan mulai menyusun
Pemerintahan Adat Rantau Singingi.
Setelah terbentuknya Koto Ronah Tanjung Bungo yang dijadikan pusat
pemerintahan, selanjutnya mereka menyusun koto-koto dari muara sampai ke hulu
sungai Singingi, baik yang sudah ditempati maupun yang akan ditempati. Dan
koto-koto itu adalah :
1. Koto Ronah
Tanjung Bungo (Sebagai Ibu kota / Tanah Kojan / Tanah Kerajaan). (sekarang Kelurahan Muaralembu).
2. Kepalo Koto (sekarang desa Pulau Padang).
3. Iku Koto
(Ekor Koto) (sekarang desa
Kebun Lado).
4. Kunci Loyang
Pasak Malintang (sekarang desa Petai).
5. Balai
Paranginan (sekarang desa Koto Baru).
6. Pinggan Ome (sekarang desa Sungai Paku).
7. Lantak Tunggal
Bomban Bosi (Koto
Sungai Nopan) (sekarang desa Tanjung Pauh).
8. Pucuk Rantau
( Pulau Potai) ((sekarang desa
Pangkalan Indarung).
Setelah tersusunnya koto-koto di Rantau Singingi ini dan berpisahnya
teritorial dan pemerintahan Rantau Singingi dari Kerajaan Gunung Sahilan,
disaat itulah kemudian lahir istilah “SUBAYANG BAGULUNG HILIR BARAJO KA GUNUNG
SAHILAN, SINGINGI BAGULUNG MUDIAK BAMAMAK KATANAH KOJAN (TANAH KERAJAAN),
BERAJA KE PAGARUYUNG”. Dan kemudian mulailah sebagian masyarakat yang
tinggal dikoto-koto lama yang sudah ada pindah dan tinggal menetap dikoto-koto
yang baru terbentuk tersebut.
Kemudian selanjutnya mereka menyusun pimpinan pemerintahan serta merumuskan
tugas dan fungsinya masing-masing. Karena di Rantau Singingi ini ada dua suku utama yaitu PILIANG NAN LIMO dan
MELAYU NAN OMPEK, maka ditunjuklah masing-masing satu orang sebagai PUCUK PIMPINAN dari kedua suku
tersebut, yaitu :
1.
Dari PILIANG NAN
LIMO adalah Datuk Bandaro.
Beliau adalah sebagai “RAJA ADAT DAN RAJA DIDARAT”. Memimpin dibidang Adat dan
Pemerintahan serta memimpin dan menguasai semua yang ada didarat. Disamping itu
beliau adalah Koordinator dibidang
Pemerintahan, bidang Penerangan, bidang Pendidikan dan Pertahanan / Keamanan.
2.
Dari MELAYU NAN
OMPEK adalah Datuk Jalo Sutan.
Beliau adalah sebagai “RAJA IBADAT DAN RAJA DIRANTAU”. Memimpin dibidang Ibadat dan
memimpin dan menguasai semua yang ada disungai dan dirantau. Disamping itu
beliau adalah Koordinator dibidang Agama,
bidang Pengadilan / Kehakiman dan bidang Ekonomi / Kemasyarakatan.
Dua Pucuk Pimpinan inilah kemudian disebut dengan urang godang Rantau Singingi
“DATUAK
NAN BADUO”. Setelah itu
merekapun menunjuk dan mengangkat datuak-datuak yang lain sebagai pembantu Datuak
Nan Baduo didalam menjalankan roda pemerintahan. Dan datuak-datuak yang
dimaksud tersebut adalah :
1.
Datuk
Mangkuto Sinaro.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PEMERINTAHAN dan SEKRETARIS KERAJAAN
karena beliau memang telah memahami dan mengetahui lebih banyak tentang Koto
Ronah Tanjung Bungo atau Tanah Kerajaan.
2. Datuk
Bandaro Kali.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PENERANGAN yang akan menggali
adat istiadat Rantau Singingi dan sebagai juru bicara kerajaan yang akan
menyampaikan dan menerangkan segala sesuatunya kepada anak, cucu dan kemenakan
atau masyarakat. Beliau ini kemudian disebut sebagai “SULUH BENDANG DALAM NAGORI”.
3. Datuk Besar.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PENDIDIKAN. Atas jasa dan
loyalitasnya yang telah membesarkan nama MAKMUM Datuak Simpono Rajo Dipoco
(Orang pertama yang tinggal di Rantau Singingi) dan ikut serta dalam acara
menambak Makam Tigo Jurai serta sebagai orang yang menyaksikan langsung
pengangkatan DATUAK BANDARO ke – 1 Rantau Singingi yang diangkat oleh Datuak
Bandaro dari Sungai Tarap – Pagaruyung, maka kemudian beliau ini disebut
sebagai “PASAK KUNGKUNG DALAM NAGORI”,
yaitu “Memasak Undang Supayo Jangan
Sampai Takiki (Terkikis), Mangungkung Adat Supayo Jangan Sampai Hilang”.
4. Datuk Maha
Rajo Garang (Datuk Jogang).
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN. Beliau
ini adalah merupakan pemimpin dari semua Dubalang (Hulubalang) yang ada di
Rantau Singingi.
5. Datuk Sinaro
Nan Putih.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG AGAMA. Beliau ini adalah orang
pertama menyebarkan agama islam dan berdakwah dari koto ke koto di Rantau
Singingi. kemudian beliau ini disebut sebagai “PAYUNG PANJI DALAM NAGORI”.
6. Datuk Nyato.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG PENGADILAN / KEHAKIMAN. Beliau
adalah orang yang berwenang menyatakan
batas-batas wilayah Rantau Singingi, Pendapat dan pandangan beliau sangat
diperlukan dalam pengambilan keputusan ataupun penyelesaian suatu permasalahan,
dan beliau juga sebagai orang menyatakan sah atau tidaknya suatu keputusan
musyawarah. Oleh karena itu beliau juga disebut sebagai “Comin Towi Dalam
Nogori”.
7. Datuk Majo
Lelo.
Beliau dipilih dan diangkat sebagai pejabat di BIDANG EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
karena beliau ini sangat paham dibidang ekonomi dan hubungan kemasyarakatan.
Ketujuh orang pembantu Datuak Nan Baduo inilah kemudian disebut sebagai “DATUAK NAN BATUJUH”.
Setelah terbentuknya Pucuk Pimpinan (Datuak
Nan Baduo) dan dipilih serta diangkat pejabat-pejabat pembantunya (Datuak Nan Batujuh) di Tanah Kojan
(Tanah Kerajaan), Kemudian selanjutnya mereka
membentuk dan menyusun PEMANGKU ADAT yang akan menjabat dan memimpin
disetiap koto. Dan setelah melakukan musyawarah panjang akhirnya mereka sefakat
untuk mengangkat beberapa orang “PENGHULU”
untuk koto-koto yang lama dan mengangkat dua “ORANG GODANG” yang dipilih
masing-masing satu orang dari SUKU PILIANG NAN LIMO dan satu orang dari suku
MELAYU NAN OMPEK untuk koto-koto yang baru, serta mengangkat “DUBALANG
KERAJAAN”, “MONTI” (Pimpinan dalam suku), “DUBALANG SUKU” dan “MALIN SUKU".
Dan berikut susunan jabatan yang dimaksud :
A.
Koto Tanah
Kojan / Tanah Kerajaan (Muaralembu)
Terdiri dari :
a. Dua orang
“ORANG GODANG RANTAU SINGINGI” (Datuk Nan Baduo), yaitu :
1. Datuk Bandaro, dari
Piliang Nan Limo, Suku Piliang Bawah.
2. Datuk Jalo Sutan, dari
Melayu Nan Ompek. Suku Melayu
b. Lima orang “PENGHULU”
(Empat orang dari Datuak Nan Batujuh), yaitu :
1. Datuk Mangkuto Sinaro (Datuak
Nan Batujuh), dari Melayu Nan Ompek. Suku Melayu
2. Datuk Besar (Datuak
Nan Batujuh), dari Piliang Nan Limo. Suku Piabadar.
3. Datuk Maha Rajo Garang (Datuak Nan Batujuh), dari Piliang Nan Limo, Suku Piabadar.
4. Datuk Sinaro Nan Putih (Datuak Nan Batujuh), dari Piliang Nan Limo, Suku Piliang
Atas.
5. Datuk Tan Majo Lelo, dari
Piliang
Nan Limo, Suku Bendang.
c. Tiga Orang “DUBALANG”
(Hulubalang) KERAJAAN, yaitu :
1. Sutan
Larangan dari suku
Piliang Bawah.
2. Tan Kojan
(Sutan Kerajaan) dari suku
Bendang.
3. Jan Putih (Kerajaan
Putih) dari suku
Piliang Atas.
d. Ditambah
DUBALANG dan ORANG MALIN tiap suku.
B.
Kapalo Koto
(Pulau Padang)
Terdiri dari :
a. Satu orang
“PENGHULU” (dari Datuak Nan Batujuh), yaitu :
1. Datuk
Bandaro Kali, dari Piliang Nan Limo,
dari suku
Bendang.
b. Ditambah
MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
C.
Iku Koto
(Kebun Lado)
Terdiri dari :
a. Dua orang
“PENGHULU” (dari Datuak Nan Batujuh), yaitu :
1. Datuk Nyato,
dari suku Melayu Nyato.
2. Datuk Majo
Lelo, dari suku
Melayu Majo Lelo.
b. Satu orang
“MONTI”, yaitu :
1. Datuk Rajo
Bandiang dari suku
Melayu Nyato.
c. Ditambah
DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
D.
Koto Kunci
Loyang Pasak Malintang (Petai)
Terdiri dari :
a. Dua “ORANG
GODANG”, yaitu :
1. Datuk Sati.
2. Datuk
Temenggung.
b. Ditambah Dua
Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
E.
Koto Balai
Paranginan (Koto Baru)
Terdiri dari :
a. Dua “ORANG GODANG”, yaitu :
1. Datuk
Bandaro Hitam.
2. Datuk
Temenggung.
b. Ditambah Tiga Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG
MALIN tiap suku.
F.
Koto Pinggan
Ome (Sungai Paku)
Terdiri dari :
a. Dua “ORANG
GODANG”, yaitu :
1. Datuk Payung
Putih.
2. Datuk Mughun
(Murun).
b. Ditambah Dua
Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
G.
Koto Pucuak
Rantau (Pulau Potai / Pangkalan Indarung)
Terdiri dari :
a. Dua “ORANG
GODANG”, yaitu :
1. Datuk
Bandaro.
2. Datuk Rajo
Penghulu.
b. Ditambah
Tiga Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
H.
Koto Lantak
Tunggal Bomban Bosi ( Sungai Nopan /Tanjung Pauh).
Terdiri dari :
a. Dua “ORANG
GODANG”, yaitu :
1. Datuk Jelo Sutan.
2. Datuk Temenggung.
b. Ditambah Tiga
Orang PENGHULU, MONTI, DUBALANG, ORANG MALIN tiap suku.
Setelah terbentuk dan tersusunnya PEMANGKU ADAT di Rantau Singingi dan
masing-masing telah mengetahui posisi dan jabatannya, selanjutnya Datuk Bandaro
dan Datuk Jalo Sutan (Datuak Nan Baduo) memberikan AMANAH kepada ORANG GODANG disetiap
koto supaya menjaga TANAH ULAYAT yang telah diberikan kepadanya dan supaya
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan anak, cucu dan kemenakan (masyarakat)
dan bertanggung jawab kepada Datuak Nan Baduo Rantau Singingi. Demikian juga
halnya dengan Datuak Nan Batujuh sebagai pembantu Datuak Nan Baduo dibidangnya
masing-masing juga menyampaikan saran dan pesan kepada Penghulu disetiap koto tentang
tugas-tugas apa saja yang akan dikerjakan untuk keselamatan dan kemakmuran
anak, cucu dan kemenakan (masyarakat).
No comments:
Post a Comment