B.
SEJARAH KEDATANGAN AWALUDIN DATUK BATUAH
1. KEDATANGAN
AWALUDIN DATUK BATUAH DAN TERBENTUKNYA KOTO TUO (SUKU MELAYU)
Pada pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1454 M, datanglah rombongan
kedua ke Rantau Singingi, yaitu rombongan AWALUDIN
Datuk Batuah. Rombongan ini datang dari Minangkabau dan dari suku MELAYU dengan melalui jalur menyelusuri sungai Kuantan untuk selanjutnya
ke Bukit Padang Terbakar kemudian turun ke
Singingi dan bertemu dengan sebuah sungai yang pada saat itu belum memiliki
nama (sekarang dinamai sungai Lembu Keruh dan sungai Gelawan) dan terus
menyelusurinya kearah hilir hingga kemuaranya dan disitu mereka menemukan
sungai yang lebih besar kemudian mereka singgah untuk beristirahat. Melihat
daerah tersebut memiliki dataran yang luas, tanahnya subur dan baik untuk
dijadikan perkampungan, maka mereka bersepakat untuk menjadikan tempat tesebut
sebagai tempat permukiman atau tempat tinggal, dan kemudian perkampungan ini
dinamakan dengan “KOTO TUO”.
2. KEDATANGAN
MAHAT DATUK CELAKO MEKO DAN TERBENTUKNYA KOTO KUJALI (SUKU MELAYU).
Setelah rombongan AWALUDIN Datuk Batuah ini bermukim dan menetap di Koto
Tuo, kemudian sampailah berita ini kepada adik kandungnya yang bernama MAHAT Datuk Celako Meko yang pada saat
itu masih berada di Minangkabau bahwasanya kakaknya AWALUDIN Datuk Batuah telah
sampai dan menetap di Singingi didekat sebuah muara sungai. Mendapati kabar
tersebut, akhirnya sekitar
tahun 1460 berangkatlah MAHAT Datuk Celako Meko dan rombongannya
menuju ke Singingi dengan melewati jalan yang dulu dilalui oleh kakaknya
AWALUDIN Datuk Batuah. Namun dipertemuan antara sungai Lembu Keruh dengan
sungai Lembu Jernih, rombongan MAHAT Datuk Celako Meko tidak terus kearah hilir
sungai Lembu Keruh, namun mereka menelusuri sungai Lembu Jernih arah ke hulu.
Setelah sekian lama berjalan dan rombongan ini belum juga menemukan apa yang
ditujunya, akhirnya mereka memutuskan untuk singgah dan beristirahat disuatu
tempat. Ditempat yang mereka singgahi ini ternyata memiliki kekayaan alam yang
berlimpah yaitu Emas, dan akhirnya rombongan MAHAT Datuk Cilako Meko inipun
menetap disini. Tempat inilah kemudian dinamakan “KUJALI”. (daerah inilah yang sekarang menjadi
tanah ulayat suku Melayu – Datuk Mangkuto Sinaro).
Menginat karena MAHAT Datuk Cilako Meko ini belum menemukan apa yang dicari
dan ditujunya, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali mencari kakaknya
AWALUDIN Datuk Batuah, dan memerintahkan sebagian besar rombongannya untuk
tetap tinggal di Kujali, dan bersama bebarapa orang lainnya baliau pun
berangkat kembali kearah hilir sungai Lembu Jernih dan selanjutnya menelusuri
sungai Lembu Keruh kearah hilir sampai ke muara dan pada akhirnya beliaupun
bertemu dengan kakaknya AWALUDIN Datuk Batuah di kampung Koto Tuo. Setelah
bertemu dan melepaskan rindu, kedua kakak beradik inipun melakukan pembicaraan
penting, yaitu tentang penjelajahan dan perluasaan daerah kekuasaannya. Setelah
melakukan pembicaraan, akhirnya mereka sepakat untuk melakukan penjelajahan.
Penjelajahan untuk perluasan daerah kekuasaan ini mereka lakukan bermula dari
muara sungai lembu sampai ke Kompe Saleban (Kompe Belahan Batu) di Serosa, ke
bukit Padang Terbakar hingga ke Bukit Pembantaian Kobau Tonga Duo Iku. Dan
selanjutnya mereka bertemu dengan SULIM
Datuk Jambang Mulio di Gunung Balai. Dan atas penjelajahan
mereka inilah akhirnya “Tanah yang
berketelengan dan Air yang berkecucuran ke Sungai Lembu adalah Concang Latih
AWALUDIN Datuk Batuah” dan merupakan daerah kekuasaan AWALUDIN
Datuk Batuah (daerah
inipun sekarang menjadi tanah ulayat suku Melayu – Datuk Mangkuto Sinaro). Kecuali daerah Gunung
Balai, karena daerah ini terlebih dahulu telah dihuni dan dikuasai oleh SULIM Datuk Jambang Mulio kemenakan dari
RABAH Datuk Simpono Mulio dari Kuantan.
Setelah selesai menjelajahi daerah sungai Lembu dan bertemu dengan SULIM
Datuk Jambang Mulio kemudian mereka kembali ketempat masing-masing, MAHAT Datuk
Cilako Meko kembali dan singgah di Kujali sedangkan AWALUDIN Datuk Batuah
meneruskan perjalan dan kembali ke Koto Tuo.
No comments:
Post a Comment