G. SEJARAH
KEDATANGAN DATUK MHD. ALI DAN KAWAN-KAWAN DARI MALAYSIA (SUKU MELAYU)
1. KEDATANGAN
DATUK MHD. ALI DAN KAWAN-KAWAN SERTA PEMBERIAN GELAR DATUK JALO SUTO DAN
TERBENTUKNYA KOTO SUNGAI NOPAN.
Pada awal abad ke –
16, sekitar tahun 1510 M, rombongan dari Malaya (Malaysia) pun datang ke Rantau
Singingi dibawah pimpinan DATUAK MHD.
ALI. Bersama orang kepercayaannya DATUAK
ABDUL LATIF dan DATUAK ZAMRIL serta
rombongannya, DATUAK MHD. ALI
berlayar dari Malaysia menuju ke muara sungai Kampar dan terus kearah hulu
kemudian sampailah mereka disuatu tempat yang bernama GUNUNG SAHILAN yang pada saat itu telah ditempati oleh manusia yang
dipimpin oleh Datuk Besar. Selanjutnya
rombongan tersebut pun singgah dan beristirahat disitu serta langsung menemui Datuk Besar. Setelah bertemu dan
bercerita panjang lebar kemudian DATUAK MHD. ALI menyampaikan maksud dan
kedatangannya kedaerah tersebut yaitu mencari daerah tempat tinggal untuk
permukiman yang belum dikuasai oleh orang lain.
Setelah mendengar maksud dan tujuan kedatangan DATUAK MHD. ALI dan
rombongannya itu, kemudian Datuk Besar menyampaikan
dan menceritakan bahwa ke arah hulu dari Gunung Sahilan ini ada dua sungai yang
besar yaitu sungai Subayang dan sungai Singingi. Untuk sungai Subayang, dari
hulu hingga kemuaranya adalah merupakan daerah kekuasaan Datuk Besar Gunung
Sahilan, sedangkan di sungai Singingi telah ditempati dan dikuasai oleh Datuk
Bandaro yang bertempat di Koto Lowe Intuak. Dan selanjutnya beliau pun
menyampaikan bahwasanya Datuk Besar Gunung Sahilan dan Datuk Bandaro Singingi
adalah sama-sama berasal dari Minangkabau dan dibawah payung panji Raja
Pagaruyung. Setelah mendengar penjelasan dari Datuk Besar Gunung Sahilan, DATUK
MHD. ALI pun mengucapkan terima kasih dan meminta izin untuk kembali
melanjutkan perjalannya. Untuk menghormati tamunya, Datuk Besar Gunung Sahilan
pun mengantar mereka ke tepian sungai tempat perahu-perahu besar meraka
ditambatkan. Sesampainya mereka disana, Datuk Besar Gunung Sahilan melihat sesuatu yang aneh dari
barang bawaan rombongan DATUK MHD. ALI tersebut, Datuk Besar Gunung Sahilan pun
bertanya, barang apakah ini gerangan ?, kemudian DATUK MHD. ALI menjawab, bahwa
barang ini adalah alat penagkap ikan yang terbuat dari sutera yang kami sebut
“JALA”. Berawal dari itulah kemudian Datuk Besar Gunung Sahilan memberikan gelar kepada DATUK
MHD. ALI dengan panggilan “DATUK JALO
SUTO”. Dan kemudian rombongan ini pun melanjutkan perjalanannya menuju ke
muara sungai Singingi.
Setelah memasuki daeran Singingi mereka singgah disuatu tempat yang bernama
Bukit Tungku Tiga yang berada didaerah Sungai
Nopan, mereka beristirahat dan membuat perkemahan untuk tempat bermalam dan
kemudian menjadikannya tempat tinggal dan membuat permukiman disitu, dan
selanjutnya tempat tersebut dinamakan “KOTO
SUNGAI NOPAN”. Bermula dari sinilah MHD. ALI Datuk Jalo Suto melihat bahwa adanya daerah-daerah yang
berkemungkinan besar bisa dikuasainya, dan disinilah MHD. ALI Datuk Jalo Suto
meletakkan patok pertamanya sebagai tapal
batas wilayah kekuasaanya dengan Datuk
Besar Gunung Sahilan.
Selanjutnya dari sungai Nopan ini MHD. ALI Datuk Jalo Suto dan rombongan melanjutkan perjalanannya
menjelajahi sebelah kiri sungai Singingi arah kehulu, dan akhirnya sampailah
mereka disebuah muara sungai, yaitu muara sungai Tapi, kemudian mereka masuk
dan mengarahkan perahu-perahunya kearah hulu sungai Tapi tersebut hingga
akhirnya mereka sampai disuatu tempat yaitu Koto Degi yang dipimpin oleh
MAS’UD. Sesampainya mereka di Koto Degi ini
MHD. ALI Datuk Jalo Suto langsung
menemui MAS’UD dan menyampaikan maksud serta tujuannya datang ketempat tersebut
yaitu mencari daerah tempat tinggal untuk permukiman yang belum dikuasai oleh
orang lain. Kemudian MAS’UD pun menjelaskan bahwasanya sungai Singingi dari
muara sampai kehulu disisi sebelah kanan adalah merupakan daerah yang telah
dikuasai oleh DAMHURI Datuk Bandaro ke – 2 yang
berada di Koto Lowe Intuak.
2. SEJARAH
TERBENTUKNYA KOTO PINGAI DAN PERLUASAN WILAYAH KEKUASAAN DATUAK JALO SUTO
Setelah mendapat penjelasan dan penegasan dari MAS’UD, pada tahun yang sama yaitu tahun 1510 M kemudian MHD.
ALI Datuk Jalo Suto dan rombongannya melanjutkan perjalanan kearah hulu sungai
Tapi kemudian sampailah mereka disuatu tempat kemudian mereka singgah dan dan
bermukim disitu, dan tempat itu diberi nama “KOTO PINGAI”. Tempo beberapa waktu MHD. ALI Datuk Jalo Suto dan
rombongannya bermukim dan tinggal di Koto Pingai ini, kemudian beliau
melanjutkan perjalanannya untuk mencari daerah-daerah baru yang akan
dikuasainya. Dalam perjalanan ini MHD. ALI Datuk Jalo Suto didampingi oleh DATUK
ABDUL LATIF, sedangkan DATUK ZAMRIL tetap tinggal di Koto
Pingai untuk memimpin koto tersebut.
Dari Koto Pingai MHD. ALI Datuk Jalo Suto dan DATUK ABDUL LATIF melanjutkan
perjalanan ke arah hilir sungai Tapi hingga sampai ke muaranya dan kembali
bertemu dengan sungai Singingi. Disungai Singingi mereka sampai ke sungai Teso
terus kehulunya sampai ke sungai Tikalak Godang dan bertemu dengan DATUK RAJA RUHUM (Kuantan Hilir)
kemudian mereka juga sampai ke Bukit Padang Terbakar dan bertemu dengan DATUK BISAI (Kuantan Tengah). Setelah
itu MHD. ALI Datuk Jalo Suto dan DATUK
ABDUL LATIF kembali ke Koto Pingai. Berselang beberapa waktu MHD. ALI Datuk
Jalo Suto dan DATUK ABDUL LATIF kembali
menjelajahi sungai Singingi sebelah kiri arah kehulu dan akhirnya sampailah
mereka ke Koto Tuo dan bertemu dengan AWALUDIN Datuk Batuah. Dalam percakapan
dipertemuan itu AWALUDIN Datuk Batuah bertanya kepada itu MHD. ALI Datuk Jalo
Suto tentang apa maksud dan kedatangannya ke Koto Tuo, Kemudian itu MHD. ALI
Datuk Jalo Suto pun menjelaskan maksud dan kedatangannya adalah mencari daerah
tempat tinggal untuk permukiman dan tempat berusaha yang belum dikuasai oleh
orang lain. Selanjutnya itu MHD. ALI Datuk Jalo Suto pun menceritakan awal
perjalanannya dari Johor di Malaysia hingga bertemu dengan Datuk Besar Gunung Sahilan,
dan beliaupun menceritakan apa yang disampaikan dulu oleh Datuk Besar Gunung
Sahilan kepadanya tentang adanya dua buah sungai besar arah kehulu dari Gunung
Sahilan tersebut, yaitu, pertama sungai Subayang, yang mana daerah sungai
Subayang ini dari muara hingga ke hulunya atau Tanah yang berketelengan dan Air
yang berkecucuran ke sungai Subayang adalah wilayah dalam kekuasaan Datuk Besar
Gunung Sahilan. Yang kedua katanya adalah sungai Singingi sebelah kanan dari
hilir hingga kehulu Tanah yang berketelengan dan Air yang berkecucuran ke
sungai Singingi adalah wilayah dalam kekuasaan DAMHURI Datuk Bandaro ke – 2 yang berada di Koto Lowe Intuak.
Kemudian MHD. ALI Datuk Jalo Suto juga menyampaikan kepada AWALUDIN Datuk
Batuah bahwa berdasarkan keterangan dan penjelasan dari Datuk Besar Gunung
Sahilan tersebutlah mereka kemudian menuju sungai Singingi dan menjelajahinya
sebelah kiri arah ke hulu hingga mereka sampai ke sungai Teso terus kehulunya
sampai ke sungai Tingkalak Godang
dan bertemu dengan DATUK RAJA RUHUM
(Kuantan Hilir) kemudian mereka juga sampai ke Bukit Padang Terbakar dan
bertemu dengan DATUK BISAI (Kuantan
Tengah) dan MHD. ALI Datuk Jalo Suto pun menegaskan kepada AWALUDIN Datuk
Batuah bahwasanya wilayah yang telah dijelajahinya itu adalah telah menjadi
daerah kekuasaanya.
Mendengar penjelasan dari MHD. ALI Datuk Jalo Suto itu akhirnya AWALUDIN
Datuk Batuah pun menyampaikan bahwa daerah ini adalah merupakan Concang Lotih beliau, Tanah yang
berketelengan dan Air yang berkecucuran ke Sungai Lembu ini adalah wilayah
dalam kekuasaannya.
Setelah sekian lama berdebat dan kemudian merekapun bermusyawarah dan
akhirnya merekapun bersefakat untuk bersatu dan bersama-sama menjaga dan
melindungai daerah yang telah meraka kuasai. Kemudian mereka berdua pun
berjanji bahwasanya MHD. ALI Datuk Jalo
Suto menganggap dan mengakui AWALUDIN
Datuk Batuah sebagai mamaknya
(pamannya) dan begitu juga sebaliknya
AWALUDIN Datuk Batuah menganggap dan mengakui MHD. ALI Datuk Jalo Suto sebagai kemenakannya. Dan dengan adanya persatuan ini akhirnya MHD. ALI Datuk Jalo Suto pun tinggal dan menetap di Koto Tuo.
3. SEJARAH
TERBENTUKNYA KOTO MUARO SIMPANG DAN SEJARAH SUNGAI KUAK (SUNGAI KUANG)
Setelah bersatunya AWALUDIN Datuk
Batuah dan MHD. ALI Datuk Jalo Suto, tentu membuat Koto Tuo semakin ramai dan
sesak, hingga akhirnya pada
sekitar tahun 1511 M bermusyawarahlah dan bermufakatlah mereka untuk
memperluas daerah Koto Tuo ini hingga ke muara sungai Uyan. Dengan diperluasnya
daerah Koto Tuo ini maka bergantilah nama Koto Tuo menjadi “KOTO MUARO SIMPANG” yang berarti Sungai Duo Basimpang.
Selanjutnya MHD. ALI Datuk Jalo Suto
menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan DAMHURI Datuk Bandaro ke
– 2 yang
berada di Koto Lowe Intuak. Dan dilain pihak ternyata DAMHURI Datuk Bandaro ke
– 2 pun
sangat ingin bertemu dengan MHD. ALI Datuk Jalo Suto. Kemudian dalam suasana
hati ingin bertemu tersebut, masing-masing merekapun sama-sama berangkat, MHD.
ALI Datuk Jalo Suto berangkat ke hulu
dari Koto Muaro Simpang menuju Koto Lowe Intuk, dan DAMHURI Datuk Bandaro ke – 2 pun berangkat ke hilir dari Koto Lowe
Intuk menuju Koto Muaro Simpang dan pada akhirnya mereka bertemu ditengah
perjalanan, tepatnya disebuah muara sungai. Ditempat itulah mereka duduk
bersama untuk bermusyawarah dan akhirnya bersefakat untuk tetap menjalin
hubungan baik karena mereka adalah sama-sama berada di Rantau Singingi yang
merupakan payung panji atau dalam kekuasaan Raja Pagaruyung. Dan dalam
pertemuan itu merekapun menetapkan tempat pertemuan tersebut sebagai tapal batas
daerah kekuasaan mereka masing-masing dan tempat itupun dinamakan “SUNGAI KUAK” (Sungai Kuang, sekarang
berada ditengah desa Pulau Padang) yang mana “daerah sungai Singingi dari
muara hingga ke hulu sisi sebelah kanan adalah daerah kekuasaan DAMHURI Datuk
Bandaro ke – 2, sedangkan daerah
sungai Singingi dari muara hingga ke hulu sisi sebelah kiri adalah daerah
kekuasaan MHD. ALI Datuk Jalo Suto”. Setelah mencapai
kesefakatan tersebut akhirnya mereka kembali ketempat masing-masing, yang dari
hulu kembali ke Koto Lowe Intuak dihulu dan yang dari hilir pun kembali ke Koto
Muaro Simpang dihilir.
Makam MHD. ALI
Datuk Jalo Sutan ke -1 di Muaralembu - Singingi
No comments:
Post a Comment