A. SEJARAH
KEDATANGAN DATUK MUKHTAR DAN ASAL-USUL SYEKH AHMAD BUNDA
1. KEDATANGAN
DATUK MUKHTAR DAN TERBENTUKNYA KAMPUNG PINANG
Seiring perjalanan waktu, semakin banyak pula orang-orang dari Minangkabau
yang datang ke Rantau Singingi. Setelah kedatangan AWALUDIN Datuk Batuah dan
rombongannya, disusul oleh adiknya MAHAT Datuk Cilako Meko beserta pengikutnya,
maka selanjutnya pada sekitar tahun 1462 M disusul pula oleh rombongan DATUK MUKHTAR dan istrinya SITI BAHERAM yang berasal dari Sumanik
Panjang dengan malewati jalur yang dulu dilalui oleh rombongan AWALUDIN Datuk
Batuah dan rombongannya MAHAT Datuk Cilako Meko, hingga akhirnya mereka sampai
di Koto Tuo dan bertemu dengan AWALUDIN Datuk Batuah yang lebih dahulu dan telah lama tinggal
disitu. Setelah bertemu dengan AWALUDIN Datuk Batuah, akhirnya DATUK MUKHTAR
bermohon kepadanya untuk diberi izin bertempat tinggal didaerah ini. Mendengar
permohonan tersebut AWALUDIN Datuk Batuah pun mengabulkannya dan memberinya
daerah tempat tinggal di seberang Koto Tuo (Seberang Sungai Lembu). Setelah
mendapat izin dan daerah tempat untuk ditinggali, akhirnya DATUK MUKHTAR dan
rombongannya pun berangkat menuju daerah tersebut dan membuat perkampungan
disitu yang kemudian diberi nama “KAMPUNG
PINANG”.
2. SEJARAH SYEKH
AHMAD BUNDA
Setelah DATUK MUKHTAR dan istrinya SITI BAHERAM hidup
dan tinggal di Kampung Pinang tersebut, dan kemudian sekitar tahun 1465 M mereka dikaruniai seorang anak
laki-laki dan diberi nama “AHMAD”. Seiring pergantian waktu, disaat AHMAD
berumur 8 (delapan) bulan, atas rahmat dan izin Allah, AHMAD di “hijrahkanNya” dari Kampung Pinang ke
Makkah Al-mukarramah. Peristiwa ini terjadi disaat AHMAD tertidur pulas dalam
buaian didalam rumah pangungnya, sementara itu ibunya sedang menumbuk padi
dibawah diluar rumahnya, sedangkan sang ayah tengah mencari rotan dihutan.
Sepulangnya dari hutan sang ayah langsung naik keatas rumah dan menghampiri
buaian anaknya, alangkah terkejutnya beliau karena anak semata wayangnya sudah
tidak ada didalam buaian. Mendapatkan kenyataan seperti itu DATUK MUKHTAR pun
memanggil istrinya dan menanyakan dimana anaknya berada. Mendengarkan
pertanyaan seperti itu dari suaminya, SITI BAHERAM sangat terkejut, karena
sedari tadi beliau selalu mengayunkan buai anaknya dari bawah rumah dengam
menggunakan tali sambil bekerja menumbuk padi. Menerima kenyataan seperti itu,
tentu membuat DATUK MUKHTAR dan SITI BAHERAM sangat bersedih, karena anak
semata wayang mereka telah hilang entah kemana.
Dalam pada itu, ternyata AHMAD muda yang sudah berada di tanah suci Makkah
Al-mukarramah terus menuntut ilmu Agama Islam dan selalu mempelajari Al-Quran
dan Hadits, bahkan beliaupun menulis Al-Quran dengan tulisan tangannya sendiri
hingga selesai.
Sekian lama waktu berlalu,
AHMAD telah banyak menuntut ilmu agama islam di Makkah Al-mukarramah dan nama
beliaupun telah berubah menjadi “SYEKH
AHMAD BUNDA”, dan beliau bermaksud untuk segera pulang kembali kekampung
halamannya yaitu Kampung Pinang, di Koto Tuo, Singingi yang saat itu Koto Tuo
sudah berganti nama dengan “KOTO MUARO SIMPANG” dimana pada saat itu sebagian
penduduknya pun sudah mulai mengenali ajaran islam.
Pada sekitar tahun 1515 M SYEKH AHMAD BUNDA pun berangkat dari
Makkah Al-mukarramah menuju kampung halamannya dengan menumpang sebuah kapal layar
milik seorang Syekh dari Makassar. Melalui jalur laut, dari Makkah
Al-mukarramah mereka menuju Malaysia, kemudian selanjutnya menuju muara sungai
Kampar, disinilah SYEKH AHMAD BUNDA turun, dan kapal layar tersebut melanjutkan
perjalannya menuju Makassar. Dari muara Sungai Kampar SYEKH AHMAD BUNDA terus
menelusurinya arah kehulu dan selanjutnya masuk ke sungai Singingi hingga
beliau sampai ke Koto Muaro Simpang dan terus ke Kampung Pinang.
Sesampainya dikampung Pinang, atas petunjuk dari Allah SWT beliau langsung
menuju kerumah orang tuanya yaitu DATUK MUKHTAR dan SITI BAHERAM. Setelah
bertemu dengan kedua orang tuanya, beliau langsung menceritakan bahwasanya
beliau adalah anak mereka yang bernama AHMAD yang dulu hilang dari dalam buaian
sewaktu ibunya menumbuk padi dan ayahnya mencari rotan di hutan. Kemudian
beliaupun menceritakan bahwa selama sembilan puluh tahun kepergiannya adalah
untuk menuntut ilmu dan mempelajari Al-Quran dan Hadits ditanah suci Makkah
Al-mukarramah, dan beliaupun memperlihatkan Al-Quran yang berhasil ditulisnya
dengan tulisan tangannya sendiri. Mendapatkan kembali anaknya yang telah hilang
selama sembilan puluh tahun tentu mebuat DATUK MUKHTAR dan SITI BAHERAM merasa
sangat bahagia, dan perihal inipun disampaikan oleh DATUK MUKHTAR kepada
AWALUDIN Datuk Batuah dan MHD. ALI Datuk
Jalo Sutan.
Setelah mendengarkan semua cerita dan kisah dari SYEKH AHMAD BUNDA,
AWALUDIN Datuak Batuah dan MHD. ALI Datuak Jalo Sutan sangat bahagia, karena
mereka telah memiliki seseorang yang telah mengetahui dan mendalami agama islam
sehingga dapat mengembangkan dan mengajarkan agama islam di Koto Muaro Simpang
khususnya dan di Rantau Singingi pada umumnya.
No comments:
Post a Comment